Untuk Cinta yang mungkin sudah
27 Oktober 2023, pada musim panas dan terik di Jakarta Utara, hari terakhir dari rangkaian pelaksanaan Akreditasi Klinik yang melelahkan, disitu ia pertama kali muncul. Rasa gugup pasti ada namun ntah mengapa tak terlalu besar, tapi rasa penasaran sangat mendominasi. Karena dia adalah sosok yang kukenal sudah sejak pertengahan tahun 2018 lampau, yang karena peraturan alam semesta kami hanya baru boleh berjumpa sekarang. Lagian tak masalah jika berawal dari perasaan penasaran, bukan? Karena yang tak pantas adalah jika diawali oleh sebuah nafsu.
Pertemuan berlangsung biasa-biasa saja. Hingga kita sampai pada pertemuan kedua, di sebuah toko donat. Aroma harum dari kue-kue manis bercampur wewangian latte yang sedang diracik, bersemburat di udara, mengalir dan terhirup oleh pengunjung. Hangat, sehangat suasana perbincangan di salah satu meja di lantai 2. Kita berbicara tentang hal apapun, dan entah apa ingat, disitu secara tersirat kau memujiku cantik. Malamnya saat kau mengantarku pulang ke depan lobby apartemen, langit hitam berarak tinggi, seperti ada semburat bintang jatuh melesat di angkasa, aku mulai merasakan sesuatu. Suatu yang tak wajar. Ada yang bergejolak di dalam dada, berdetak pesir, hangat, candu..
Setahun kita berjalan beriringan, aku mendampingimu semaksimal yang kumampu, bersama menaiki tajam dan curamnya roller coaster kehidupanmu saat ini. Aku tidak dapat merasakan sebagaimana para perempuan lain yang terlebih dahulu kau kencani. Kau bahagiakan mereka tanpa mengenal batas. Sementara disini aku, menerima keterbatasanmu hanya untuk menjadi kesia-siaanmu.
Kau menyakiti perasaanku dengan kata-kata yang tak semestinya, sampai detik ini kata maaf pun tak pernah berucap dari mulutmu. Kita saling berteriak penuh amarah, hal yang seharusnya tidak dilakukan olehmu yang selalu meninggalkan wangimu di pakaian yang kukenakan tiap kali kita berjumpa.
Aku tahu Tuhan yang memberi jalan, dan aku yang menjalani. Aku tidak akan mengkambinghitamkan Tuhan jika saat ini aku salah jalan. Aku akan menyalahkan diriku yang memilih jalan ini. Aku maafkan, atas semua kata-kata kasarmu, yang masih membuat luka di dadaku sampai saat ini. Tapi, mungkin ini adalah sebuah sudah. Cinta yang mungkin sudah saatnya selesai.
Tuhan yang menciptakan cinta, dan aku yang menjatuhkan cinta tersebut padamu. Aku percaya ini bukan sebuah kesalahan, karena waktu yang mengantarkanmu untuk bertemu dan memelukku tidak pernah salah.
Namun, mungkin bukan kamu nya yang salah, tapi lajurnya. Lajur yang mengantarkanmu padaku, sudah berhenti.
0 comments
Halo silahkan tinggalkan komentarnya ya kak❤ Pastikan kakak menggunakan akun Gmail jika ingin meninggalkan komentar ya kak ❤