Tercipta karena kita
Kepada siapapun orangnya, terhadap apapun halnya, untuk apapun pengalamannya
Kita bisa rindu kepada malam, malam hening yang biasa menyapa. Tanpa perlu memikirkan esok, tanpa perlu tau apa yang terjadi esok.
Kita bisa rindu kepada pagi, pagi yang hadir di kepala, bersama mimpi-mimpi yang tak pernah meredup. Pada caranya menggoreskan pena, dengan wanginya yang tertinggal di pakaian yang aku kenakan.
Bahkan rindu kepada siang, dimana tangis jatuh begitu saja tanpa bisa ditahan. Gelisah yang menyeruak tanpa kendali. Dan kepada sepi, karena membuat anak manusia semakin mengenali dirinya sendiri.
Ada saatnya hari dimana aku enggan untuk menanggapai siapapun, malas berceloteh dengan siapapun. Yang dipikirkan hanya beban, tanggung jawab, dan segala warisan yang harus dipikul mendadak begitu saja.
Hidup tak selalu harus berjalan mulus, memang, akan ada pasir runcing bisa kerap melukai. Mencuri damai dalam bingkai. Dikira bungarampai padahal bangkai.
Namun, kita bisa tetap memilih bersyukur. Simpuh syukur atas segala apa-apa, bukan hanya pada apa-apa yang baik. Namun juga atas apa yang tidak. Bersyukur bukan karena nasib kita lebih baik daripada nasib orang lain, namun bersyukur.. yaa.. semata-mata karena kita tau Tuhan baik. Tuhan baik bukan hanya saat keadaan kita sedang baik, walau kita sedang tidak baik pun, Tuhan tetap baik.
Mungkin kita sedang disuruh menunggu, menunggu sesuatu yang kita tak tau ada apa dibalik pintu. Menunggu tanpa tau kemana laju sedang membawa, serupa udara yang terus kau hirup tetapi tak pernah kau temukan wujudnya. Menunggu, karena beberapa pilihan kita membawa kita ke tempat yang tidak kita duga.
Mungkin kita hanya perlu mengubah persfektif. Karena hidup tanpa pergumulan hanya akan membuat kita menjadi manusia sombong. Tidak hidup berdasarkan perasaan atau pikiran yang tidak pasti, melainkan hiduplah berdasarkan kebenaran Firman Allah.
Rindu tak pernah melegakan, walau ia memang terbentuk dari kenangan bahagia. Mungkin, Tuhan memang sedang memberi jeda, untuk kita tau bahwa dunia tak selalu berjalan mengikuti laju kita. Mungkin Tuhan memang sedang memberi ruang, agar kita meluruh patah menjadi serpih untuk gampang Dia bentuk kembali menjadi seperti yang Dia inginkan.
Percaya, karena ini sementara,
Percaya, bahkan walau ini bukan sementara,
Hingga Tuhan berkata, waktumu untuk berada di jalur ini sudah berakhir.
0 comments
Halo silahkan tinggalkan komentarnya ya kak❤ Pastikan kakak menggunakan akun Gmail jika ingin meninggalkan komentar ya kak ❤